Proses Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Alexander Prasetya 10112596
Dwiki syahputra 18112131
Harsono hadi saputro 13112339
Mahesa 14112385
Muhammad raditya p. 15112998
Randi machrodja 15112998
Shafa sarah dea p. 16112951
PENDAHULUAN
1.
PROSES
Proses
adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau
didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya,
yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan
yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.
2.
PENGARUH
Pengaruh
adalah yang menyebabkan sesuatu terjadi, baik secara langsung maupun tidak.
Pengaruh bisa dirunut langkah mundur dari suatu dampak pada sesuatu yang
terjadi tersebut. Jadi, pengaruh adalah logika terbalik dari suatu kejadian.
3.
KEPUTUSAN
Keputusan adalah suatu reaksi
terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara
menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari alternatif tersebut bersama
konsekuensinya.Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa
tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan
sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat
dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau
asumsi lemah. keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh organ yang berwenang
berdasarkan kewenangan yang ada padanya.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis
Keputusan
A. Keputusan Terprogram
Merupakan
keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan
terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena
pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi
mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif
keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif
adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih.
Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah
makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.
B. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan
ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada
prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan
ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami
sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon
permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang
diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan
tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan
dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan
ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan
strategik.
Dasar Pengambilan Keputusan
1.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu Pengambilan keputusan yang
berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan
keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk
masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan
yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat
subjektif dari keputusuan intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
a.
Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif
lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
2. Pengambilan
Keputusan Rasional yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang
bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat
diukur.
3. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis di kemudian hari.
4. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan
data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid
sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi.
Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta
yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih
dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
5. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan
atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin.
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang
untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya
tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
4.
ORGANISASI
Terdapat
beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu
sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan
sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,
dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material,mesin, metode, lingkungan),
sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut
para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
• Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah
suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan
atasan mengejar tujuan bersama .
• James D. Mooney mengemukakan bahwa
organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama .
• Chester I. Bernard berpendapat bahwa
organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih.
• Stephen P. Robbins menyatakan bahwa
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
Sebuah organisasi dapat
terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan
misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut
terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat
diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi
seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai
anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran
Orang-orang yang ada di
dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa
keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi
sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan
mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi
berpartisipasi secara relatif teratur.
5. KELOMPOK
Kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah
berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga
melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok
Definisi
Pengambilan
keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi
manajemen. Menurut Herbert A. Simon,
ahli teori kepufusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam
proses, pengambilan keputusan:
a) Aktivitas
inteligensi: Berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon
mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang
memerlukan pengambilan keputusan.
b) Aktivitas
desain: Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan,
dan analisis masalah.
c) Aktivitas
memilih: Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih
tindakan tertentu dari yang tersedia.
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan
pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan
Mintzberg a koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan
keputusan, yaitu:
a) Tahap
identifikasi: dimana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis
dibuat Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif
dan sistematis, tep masalah yang sederhana tidak.
b) Tahap
pengembangan: dimana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada
as mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses
pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi
ideal yang tidak jelas.
c) Tahap
seleksi: dimana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi:
denganpenilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan
analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan
dengan tnwar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan
semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi
pun kemudian dibuat.
Jenis-jenis pengambilan keputusan
a) Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai
toleransi rendah pada ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah
teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan
sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus
pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi
pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan
kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.
b) Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai
toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka
menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis
sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada
pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil
kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik.
Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
c) Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya konseptual
mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada
lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka
mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat
keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat
sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan.
Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus
dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat
bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
d) Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai
dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan
sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan
menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima
saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan.
Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan
orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata
'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas,
terutama saat hasil keputusan akan membuat orang sedih.
Faktor-faktor
pengambilan keputusan
·
Fisik
·
Emosional
·
Rasional
·
Praktikal
·
Interpersonal
dan Struktural
Keputusan
dapat diambil dengan cara individual & kelompok, individual contohnya
seperti pengambilan keputusan yang diambil oleh manager saja tanpa adanya rapat
kerja atau diskusi. Sedangkan kelompok merupakan pengambilan keputusan yang
prosesnya melalui hasil dari rapat atau diskusi bersama.
Untuk
mendapatkan hasil yang baik Pengambilan keputusan haruslah melalui beberapa
proses, diantaranya :
1. IDENTIFIKASI MASALAH
2. PENGUMPULAN & PENGANALISASI DATA
3. PEMBUATAN ALTERNATIF-ALTERNATIF
KEBIJAKAN
4. PEMILIHAN SALAH SATU ALTERNATIF TERBAIK
5. PELAKSANAAN KEPUTUSAN
Dengan
cara melakukan proses seperti di atas pengambilan keputusan dalam organisasi
akan berjalan baik dan akan mendapat hasil yang baik pula.
Proses yang mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan dalam organisasi
§ Adanya pengaruh tekanan dari luar
Adanya pengaruh tekanan dari luar
merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau lambatnya
pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan diterima. Kadang pembuat
keputusan ragu-ragu dalam menentukan, namun adanya pengaruh tekanan dari luar
dapat mempercepat keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adnaya
ketegasan dari pemimpin organisasi dalam penyelesaian masalah.
§ Adanya pengaruh kebiasaan lama atau
sifat-sifat
pribadi
Faktor sifat yang baik maupun tidak
baik yang ada dalam diri seorang pembuat keputusan, merupakan hal yang dapat
mempengaruhi keputusannya tersebut . Dalam hal ini seorang pembuat keputusan
akan terbiasa dengan sifat pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari sisi
kepribadian seorang pemimpin, bagaimana dia mengambil sebuah keputusan dalam
mengahadapi masalah. Tentunya seorang oemimpin organisasi harus bijaksana dalam
bersikap ketika ada masalah dan mengambil keputusan.
§ Pengaruh dari kelompok lain
Kelompok lain juga dapat
mempengaruhi suatu keputusan dikarenakan kelompok atau organisasi tersebut
mempunyai keputusan yang dapat dipertimbangkan oleh pemimpin organisasi lain
dalam menyikapi masalah dan pengaruh kelompok lain ini juga dapat menjatuhkan
organisasi serta mementingkan kepentingan kelompok tersebut.
§ Faktor pengalaman
Faktor pengalaman seorang pembuat
keputusan adalah hal yang sangat penting, karena banyaknya pengalaman orang
tersebut maka ia akan berani dalam menentukan keputusan. Hal ini juga berkaitan
terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau anggota karena pengalaman
yang pernah dialaminya.
Contoh Kasus :
Hukum
untuk Para Koruptor Indonesia
Belakangan ini kita sering mendengar pemberitaan
yang sangat memilukan hati Indonesia yaitu berita para pejabat yang ketahuan
korupsi. Berita pejabat korupsi ini
sering kita lihat dan dengar, terlalu ramai di awal, lalu hilang dalam sekejab
pada pemberitaan mata media masa di Indonesia.
Mungkin ini yang membuat koruptor tidak terlalu malu, karena mereka
pikir apa yang mereka lakukan(korupsi) nanti juga masyarakat tidak tahu
kelanjutanya dan akhirnya mereka bisa bersenang-senang kembali.
Keputusan hukum indonesia pada para pejabat koruptor nampaknya tidak begitu adil, bayangkan mereka telah merampas uang negara, mulai dari pajak,impor sapi hingga projek-projek pemerintahaan Indonesia namun walau begitu mereka masih bisa tersenyum tanpa malu. Dan tidak cuma pejabat koruptornya saja yang tidak malu, keluarga koruptor pun terkadang muncul di tv seolah mereka tidak melihat dan merasakan apa yang sudah dilakukanya. Sungguh miris bila dibandingkan dengan maling sepeda motor, maling ayam, dan copet kereta. Yang apabila mereka tertangkap basah maka tak ada ampun baginya bahkan bisa sampai mati dipukulin. Padahal uang koruptor lebih besar daripada motor, ayam bahkan dompet satu orang.
Penegakan hukum bagi para pejabat koruptor di Indonesia nampaknya tidak akan efektif bila hanya dipenjara beberapa tahun dan harta korupsinya diambil. Dan kelihatanya pemerintah kurang tegas untuk menegakan hukum bagi para koruptor. Ini seperti ada hal yang aneh di dalam pemerintahan bangsa ini. Kongkalikong untuk merebut harta sebanyak”nya diantara berbagai pihak dalam pemerintahan sangat memungkinkan terjadi.
Hukum “tembak mati” bagi koruptor di Indonesia??
Hukum tembak mati bagi koruptor mungkin cara ini lah yang paling efektif bagi negara ini karena sudah banyaknya kasus-kasus korupsi yang terkuak di permukaan masyarakat. Namun menurut saya ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hukuman tembak mati sulit terlaksana diantaranya:
Keputusan hukum indonesia pada para pejabat koruptor nampaknya tidak begitu adil, bayangkan mereka telah merampas uang negara, mulai dari pajak,impor sapi hingga projek-projek pemerintahaan Indonesia namun walau begitu mereka masih bisa tersenyum tanpa malu. Dan tidak cuma pejabat koruptornya saja yang tidak malu, keluarga koruptor pun terkadang muncul di tv seolah mereka tidak melihat dan merasakan apa yang sudah dilakukanya. Sungguh miris bila dibandingkan dengan maling sepeda motor, maling ayam, dan copet kereta. Yang apabila mereka tertangkap basah maka tak ada ampun baginya bahkan bisa sampai mati dipukulin. Padahal uang koruptor lebih besar daripada motor, ayam bahkan dompet satu orang.
Penegakan hukum bagi para pejabat koruptor di Indonesia nampaknya tidak akan efektif bila hanya dipenjara beberapa tahun dan harta korupsinya diambil. Dan kelihatanya pemerintah kurang tegas untuk menegakan hukum bagi para koruptor. Ini seperti ada hal yang aneh di dalam pemerintahan bangsa ini. Kongkalikong untuk merebut harta sebanyak”nya diantara berbagai pihak dalam pemerintahan sangat memungkinkan terjadi.
Hukum “tembak mati” bagi koruptor di Indonesia??
Hukum tembak mati bagi koruptor mungkin cara ini lah yang paling efektif bagi negara ini karena sudah banyaknya kasus-kasus korupsi yang terkuak di permukaan masyarakat. Namun menurut saya ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hukuman tembak mati sulit terlaksana diantaranya:
·
Karena kita bukan tuhan, dan harus
mengikuti tuhan. Maksudnya karena kita bukan tuhan ialah karena hanya tuhanlah
yang boleh mencabut nyawa setiap manusia dan harus mengikuti tuhan karena kita
harus memaafkan seseorang yang bersalah karena tuhan pun memaafkan umatnya yang
benar-benar bertobat.
·
Karena mereka masih punya keluarga yang
harus dinafkahi.
·
HAM atau hak asasi manusia untuk bisa
hidup.
·
Mungkin semua orang didalam
pemerintahaan koruptor makanya mereka tak berani membuat keputusan seperti itu.
Pengaruh
Hukuman mati dari luar.
Indonesia harusnya bisa belajar dari negeri China
yang menerapkan hukum seperti ini. China
yang mulai menerapkan hukuman mati pada maret 1998 yang pada saat itu Perdana
Menteri China Zhu Rongji mengucapkan sumpah melenyapkan korupsi dengan jalan
menyiapkan seratus peti mati dimana sembilan puluh sembilan untuk para koruptor
dan satu buah peti untuk dirinya bila berbuat hal yang sama. Hasilnya??
China kini menjadi salah satu raksasa ekonomi di dunia dengan
pertumbuhan ekonomi hingga 10 persen lebih.
Selain China, mungkin Singapura merupakan negara pertama yang membentuk
Biro Penyidik Praktek Korupsi di tahun 1982 seperti yang nantinya dicontoh juga
oleh Indonesia dengan KPK-nya.
Atau
bagaiman jika meniru Hongkong dengan Independence Corruption Agains
Commisionnya(ICAC) yang dibentuk tahun 1974, atau Malaysia dengan Bada Pencegah
Rasua(BPR) sejak tahun 1967.
Pengaruh Hukuman Mati dari dalam.
Dari survey yang diadakan oleh Transparency International menunjukan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat 130 dari 136 negara terkorup dengan index 2.4 lalu pada tahun 2007 survei mencakup 180 negara, Indonesia berada di peringkat 145 dari 180 negara terkorup. Berikutnya pada tahun 2009 Indonesia menduduki posisi 111 dari 180 negara terkorup. Dan pada tahun 2010 Indonesia memuncaki peringkat atas negara terkorup di Asia Pacific.
Dengan adanya data-data ini yang di buat oleh para koruptor negara ini saja bisa kita lihat sendiri bagaimana peningkatan kasus korupsi di Indonesia. Sungguh luar biasa memalukan sekaligus membuktikan bahwa hukum untuk koruptor di Indonesia pada saat ini tidak efektif dan hanya sia-sia belaka. Dan faktor lainya ialah para koruptor yang masih bisa bersenang-senang dipenjara tanpa malu dan mendapat fasilitas hotel bintang lima.
Pengaruh Hukuman Mati dari dalam.
Dari survey yang diadakan oleh Transparency International menunjukan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat 130 dari 136 negara terkorup dengan index 2.4 lalu pada tahun 2007 survei mencakup 180 negara, Indonesia berada di peringkat 145 dari 180 negara terkorup. Berikutnya pada tahun 2009 Indonesia menduduki posisi 111 dari 180 negara terkorup. Dan pada tahun 2010 Indonesia memuncaki peringkat atas negara terkorup di Asia Pacific.
Dengan adanya data-data ini yang di buat oleh para koruptor negara ini saja bisa kita lihat sendiri bagaimana peningkatan kasus korupsi di Indonesia. Sungguh luar biasa memalukan sekaligus membuktikan bahwa hukum untuk koruptor di Indonesia pada saat ini tidak efektif dan hanya sia-sia belaka. Dan faktor lainya ialah para koruptor yang masih bisa bersenang-senang dipenjara tanpa malu dan mendapat fasilitas hotel bintang lima.
Kesimpulan
Jadi pengambilan keputusan bisa di dasarkan pada
banyak hal dan banyak cara. Bisa mulai dari voting, pengambilan suara secara
bermusyawarah dan juga keputusan langsung yang di ambil dari pemimpin
organisasi tersebut. Tapi inti dari semua itu, pengambilan keputusan harus
berdasarkan kepada fakta yang ada dilapangan dan memperkirakan kemungkinan
kemungkinan yang ada yang timbul dari proses pengambilan keputusan tersebut
apakah itu berdampak baik atau buruk dan
itu harus difikirkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Daftar Pustaka
SETIOKO, AJI. Pengambilan Keputusan Dalam Perilaku
Organisasi. UNNES (Universitas Negeri Semarang), 2010.
0 komentar:
Posting Komentar